Jika seseorang ditanya senjata apa yang paling mematikan dari US Navy, mungkin jawabannya adalah kapal induk. Benar, kapal induk US Navy bisa menempati peringkat teratas. Namun dalam daftar senjata US Navy yang paling mematikan di bawah ini, sengaja kami tidak memasukkan kapal induk.
Kapal Perusak Kelas Arleigh Burke
Dinamakan dengan nama seorang Laksamana legendaris era Perang Dunia II, kapal perusak kelas Arleigh Burke adalah kapal utama US Navy dengan jumlah total 62 kapal atau sekitar 1/7 dari jumlah seluruh kapal US Navy.
Inti dari sistem tempur Burke terletak pada sistem radar Aegis, yang mampu menargetkan berbagai rudal pertahanan udara terhadap target-target yang masuk. Sistem Aegis juga mengkoordinir sistem pertahanan dari seluruh kelompok kapal permukaan US Navy.
Burke juga mampu meluncurkan rudal pertahanan udara Evolved Sea Sparrow terhadap sasaran jarak pendek dan menengah, dan rudal SM-2 (Standard Missile 2) dan SM-6 terhadap target jarak jauh. Khusus untuk mencegat rudal balistik, Burke akan meluncurkan rudal SM-3.
Untuk sistem tempur anti-kapal selam, Burke dilengkapi dengan sistem sonar SQQ-89, namun dimasa mendatang akan diupgrade dengan sistem sonar towed (sonar yang ditarik dengan kabel). Kapal ini dilengkapi dengan enam torpedo Mk.46 anti-kapal selam. Kapal ini juga membawa helikopter MH-60R yang meningkatkan jangkauan serangan terhadap kapal selam.
Meskipun sebagai kapal perang modern, Burke tetap sarat dipersenjatai dengan senjata konvensional. Kanon 127 mm terpasang di haluan, untuk anti kapal, pemboman pantai, dan bahkan peran anti udara terbatas. Dua senapan mesin kaliber 25 mm dan empat kaliber .50 juga melengkapinya. Setiap kapal kelas Burke dilengkapi dengan dua sistem Phalanx 1B yang didesain untuk menembak jatuh rudal yang masuk, namun juga mampu menembak helikopter, UAV dan kapal kecil.
Salah satu kekurangan Burke adalah soal kemampuannya terlibat dengan kapal permukaan musuh. Arleigh Burke terbaru kurang mampu untuk misi anti-kapal, hanya kelas Arleigh Burke yang lama yang dilengkapi dengan rudal Harpoon anti-kapal. Bukan tanpa alasan, Burke terbaru sengaja didesain seperti ini mengingat tidak lagi ada ancaman kapal permukaan yang nyata bagi US Navy saat ini dan persenjataan US Navy saat ini telah berkonsentrasi untuk perang global atau misi teror.
US Navy mulai menggunakan Arleigh Burke pada tahun 1991 dan akan terus diproduksi untuk US Navy hingga 15 tahun ke depan. Berarti Arleigh Burke akan memegang rekor sebagai kelas kapal perusak yang paling lama diproduksi, yakni sekitar 40 tahun.
Pesawat Peperangan Elektronik EA-18G Growler
Berdasarkan kesuksesan pesawat tempur F/A-18F Super Hornet, EA-18 Growler adalah pesawat peperangan elektronik dengan performa layaknya pesawat tempur. Tidak seperti pendahulunya EA-6B Prowler, Growler lebih agresif dan berperforma tinggi untuk misi-misi berbahaya.
Growler pada dasarnya adalah Super Hornet dua kursi, memiliki 90% kesamaan dalam beberapa fiturnya. Senjata internal M61 Super Hornet dibuang untuk mengakomodasi sistem jamming komunikasi AN/ALQ-227, dan pod jamming radar AN/ALQ-99 dipasang pada stasiun senjatanya.
Growler mampu melaksanakan misi supresi terhadap sistem pertahanan udara musuh untuk mendukung armada drone atau UAV. Growler akan mengacaukan komunikasi dan radar musuh di darat dan menyerang radar dengan rudal HARM anti radar. Growler juga mampu melakukan stand-off dan escort jamming terhadap sistem pertahanan udara di darat, pesawat peringatan dini musuh dan pesawat tempur musuh.
Selain kemampuan tersebut, Growler juga efektif melindungi dirinya sendiri, pesawat ini siap beroperasi tanpa pengawalan pesawat tempur. Kecepatan dan manuver Growler layaknya F/A-18F, dan dapat membawa rudal udara ke udara AMRAAM untuk mempertahankan diri. Meskipun lebih difungsikan sebagai pesawat peperangan elektornik, Growler juga masih dilengkapi dengan radar APG-79 multi-mode AESA dan sistem Helmet-Mounted Cueing untuk pertempuran udara.
Hingga tahun ini, 100 unit Growler telah menjadi milik US Navy, dan 15 Growler lainnya masih dalam order.
Kapal Selam Serang Kelas Virginia
Salah satu proyek pengembangan senjata yang terbilang sukses pasca Perang Dingin adalah kapal selam serang kelas Virginia. Sebelas unit kapal bertenaga nuklir ini telah dimiliki US Navy dari total yang direncanakan 33 unit.
Kelas Virginia berdimensi panjang 115 m, diameter 10 m, dan bobot benaman 7.800 ton (menyelam). Setiap kapal selam kelas Virginia dilengkapi dengan 12 tabung peluncuran vertikal rudal Tomahawk, serta empat tabung torpedo 533 mm yang mampu meluncurkan torpedo Mk.48 ADCAP, ranjau dan UUV (kendaraan bawah air tak berawak). Kapal selam ini juga dilengkapi dengan ruang lockout bagi para penyelam Navy SEAL untuk menuju kapal selam mini.
Selain misi penyerangan, kapal selam kelas Virginia juga andal untuk misi pengintaian. Masing-masing dilengkapi dengan sonar, di sisi depan, di samping, dan sonar towed. Kapal selam ini dilengkapi dengan sensor Electronic Support Measures untuk mendeteksi sinyal musuh dan sensor optronik. Kemampuan sensor dapat ditambah dari data yang diperoleh UUV dan Navy SEAL. Data intelijen kemudian diteruskan ke permukaan melalui pemancar data tingkat tinggi.
Dari segi biaya pengembangan, Virginia juga terbilang sukses. Kapal selam kelas Seawolf yang merupakan pendahulunya dianggap sebagai bencana keuangan, 29 kapal direncanakan namun tiga kapal pertama rata-rata seharga USD 4,4 miliar dan akhirnya rencana pembangunan 26 kapal lainnya dibatalkan. Sedangkan harga kelas Virginia rata-rata hanya dibawah USD 2 miliar.
Kapal Selam Rudal Jelajah Kelas Ohio
Empat kapal selam dari kelas Ohio: USS Ohio, USS Michigan, USS Florida, dan USS Georgia adalah empat kapal selam yang paling sarat senjata di dunia. Masing-masing dilengkapi dengan 154 rudal jelajah dan dapat membawa hingga empat peleton US Navy SEAL.
Awalnya Ohio dibangun sebagai kapal selam rudal balistik, masing-masing kapal selam membawa 24 rudal balistik D-5 Trident. Namun berdasarkan ketentuan perjanjian START II, persenjataan rudal balistik pada 4 kapal selam kelas Ohio (dari total 18 kapal selam) harus dilucuti. Kapal yang menjadi korban merupakan empat kapal pertama yang diproduksi. Daripada menonaktifkan mereka, US Navy menggelontorkan dana sebesar USD 4 miliar untuk mengkonversi mereka untuk membawa senjata konvensional, yaitu rudal jelajah Tomahawk serangan darat.
Dua puluh dua silo (total 24 silo) rudal balistik Trident masing-masing dikonversi menjadi tujuh silo rudal Tomahawk. Hasilnya adalah sebuah platform bawah air yang mampu menembakkan 154 rudal Tomahawk. Sebuah kemampuan unik yang meningkatkan daya gempur US Navy. Sedangkan Sisa dua silo Trident dikonversi untuk digunakan Navy SEAL, fitur ruang lockout untuk keluar dari kapal selam.
Masing-masing peluncur terklasifikasi untuk meluncurkan jenis rudal Tomahawk yang berbeda. Namun secara umum tabung peluncur Ohio akan menembakkan rudal Tomahawk Block III dan Block IV. Tomahawk Block III/C memiliki satu hulu ledak konvensional 453 kg dengan jangkauan 1.609 km, sedangkan Tomahawk Block III/D memiliki muatan 166 bom cluster dengan jangkauan 1.287 km. Masing-masing rudal memiliki metode navigasi tersendiri dan memandu dirinya sendiri untuk menargetkan musuh dengan bantuan Inertial Navigation System, Terrain Contour Matching, Digital Scene Matching Area Correlator dan GPS. Sedangkan Tomahawk Block IV/E dilengkapi sistem retargeting yang canggih. Rudal ini mampu mengirim gambar dari daerah pertempuran, sementara mengambil data baru, kemudian mengganti target baru selama penerbangannya. Rudal ini juga lebih murah dan varian sebelumnya.
Ohio pertama kali menembakkan rudalnya pada 19 Maret 2011 selama operasi Odyssey Dawn, dimana USS Florida menembakkan 93 rudal Tomahawk terhadap target-target militer Libya.
USS Ponce
Kapal yang satu ini selama ini mungkin jauh dari pemberitaan, dan bagi yang sudah mengenalnya mungkin merasa aneh mengapa kapal tua ini masuk ke dalam 5 daftar ini.
USS Ponce merupakan kapal tranportasi amfibi, dan saat ini sudah berusia 43 tahun. Diluncurkan pada tahun 1971 dan bertugas selama puluhan tahun untuk mengangkut pasukan marinir AS. Sekarang kapal ini menjadi Afloat Forward Staging Base, dan sebagai kapal pertama di US Navy yang dipersenjatai dengan senjata laser.
Baru-baru ini US Navy mengumumkan telah mengoperasikan LAWS (Laser Weapon System) atau senjata laser untuk digunakan dalam pertempuran. Karena pertimbangan inilah kapal ini masuk ke dalam daftar ini, meskipun lasernya belum maksimal.
LAWS mampu menghancurkan UAV, helikopter terbang lambat, kapal patroli cepat. Dalam sebuah video yang dirilis US Navy di Youtube, LAWS berhasil meledakkan roket anti tank RPG-7, membakar mesin kapal kecil, dan menembak jatuh sebuah UAV kecil. Prosesnya hanya sepersekian detik.
Sesuai konvensi Jenewa, US Navy berjanji tidak akan menggunakan LAWS untuk menargetkan manusia. Secara langsung mungkin tidak, namun meledakkan bahan peledak, bahan bakar, helikopter, kendaraan atau kapal tetap saja memiliki konsekuensi kematian krunya.
Dalam dunia persenjataan yang sangat mahal, satu hal luar biasa mengenai LAWS adalah murah. Biaya LAWS dalam satu kali tembak hanya USD 0,7 (kurang dari Rp 10.000), artinya hanya dibutuhkan USD 0,7 untuk menghancurkan UAV, helikopter atau kapal kecil. Sebagai perbandingan, rudal Griffin, yang US Navy gunakan terhadap target kapal kecil, harganya sekitar setengah miliar rupiah, dan rudal RAM yang harganya mencapai 2,5 miliar rupiah lebih, terlepas dari kemampuan LAWS yang memang belum sebanding dengan kedua rudal tersebut. LAWS bahkan lebih murah daripada kanon 20 mm yang ditembakkan dari Phalanx. Meski kita tidak tahu berapa harga unit LAWS dan perawatannya, namun biaya per tembakannya sangatlah murah.
Belum ada rincian lebih lanjut mengenai LAWS, dan juga belum banyak gambar atau video yang menunjukkan kemampuannya. Namun satu hal yang diketahui bahwa LAWS saat ini masih berkekuatan 30 kilowatt dan dalam dua tahun ke depan US Navy berencana menguji LAWS yang berkekuatan 100 sampai 150 kilowatt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar