Kira-kira 4.000 tahun yang silam, orang Hittite yang hidup di tempat yang kini namanya Turki, biasa mencuci tangan dengan air yang diberi abu sejenis tanaman, sebab belum ada sabun. Belasan abad kemudian, orang Yunani dan Romawi yang berkebudayaan tinggi pun belum mengenal sabun. Padahal orang-orang itu cinta kebersihan. Kalau mandi, mereka mengerik dakinya dengan semacam pisau. Karena belum ada sabun, pakaian orang Romawi dicuci dalam larutan alkahi, direndam dalam air seni, diinjak-injak lalu dibilas dengan air. Kira-kira 600 tahun SM, para pelaut Funisia yang kini menjadi Libanon, Suriah dan Israel, mulai mengenal “neneknya sabun”.
Mereka merebus lemak kambing dengan air dan abu sampai menjadi semacam salep. Orang gaul di daratan Eropa juga mengenal salep yang sama. Bukan untuk mandi, tapi untuk meminyaki rambut supaya berkilat. Lewat orang gaul yang dianggap barbar inilah orang Romawi yang tinggi kebudayaannya mengenal sabun. Awalnya mereka memakainya untuk mencuci luka-luka dan menanggulangi penyakit kaki gajah, bukan untuk mandi, walaupun kemudian dianjurkan untuk keramas. Pada masa yang disebut Zaman Kegelapan (menjelang pertengahan abad I-X), kebersihan dan ilmu pengetahuan terbengkalai. Baru pada abad X sabun mulai mendapat perhatian lagi, yaitu ketika orang mulai menyadari kaitan kebersihan dengan kesehatan. Membuat sabun, seperti membuat lilin, mempergunakan lemak hewan dan minyak. Tidak heran kalau para pembuat lilin juga merupakan pembuat sabun. Abad XVI sabun sudah umum dipakai oleh orang kaya. Cuma mereka yang mampu membelinya dan mungkin juga mereka lebih sadar akan kebersihan daripada rakyat jelata. Kemudian para petani pun kenal sabun. Mereka membuat sabun salep sendiri, seperti umpamanya keluarga Ingals di Amerika, yang terkenal dengan seri Rumah Kecil-nya itu. Kemudian sabun dibentuk padat, berupa bongkahan besar dan diberi warna serta wewangian. Sabun ini dijual kiloan. Baru kira-kira tahun 1930-an ada sabun yang dibentuk seperti kotak yang sama besarnya dan dibungkusi satu-satu. Namun tiap kotak beratnya masih 0,5 kg. Kira-kira 15 tahun kemudian muncul sabun bubuk, tapi bukan deterjen. Sebelum dianggap penting untuk kebersihan dan kesehatan, sabun dianggap barang mewah. Karena itu sabun dikenakan pajak tinggi di Inggris sejak 1712. Hampir satu setengah abad kemudian, tahun 1853, Perdana Menteri Gladstone didesak rakyat agar menghapuskan pajak sabun demi menjaga kebersihan. Ia terpaksa menurut. Industri sabun tumbuh di mana-mana. Sabun menjadi lembut, murni dan harum. Umumnya berbentuk kotak, tapi ada pula yang bulat, lonjong, meniru bentuk binatang, bahkan ada sabun cair, sabun berbentuk kertas dsb. Warna, harum dan kandungannya bermacam-macam. Harganya ada yang mahal, ada yang murah. Yang jelas, di kampung maupun di kota kini kita mandi memakai sabun untuk menghilangkan kotoran dan bau. Hidup tanpa sabun? Uh, tidak terbayang joroknya!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar