Selamat Berkunjung

Selamat Berkunjung

Sabtu, 15 Agustus 2015

Kisah Halim Perdanakusuma, Penerbang Tangguh Indonesia.


Kisah Halim Perdanakusuma, Penerbang Tangguh Indonesia
Halim Perdanakusuma.
VIVA.co.id - Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force pernah mencatat nama seorang pemuda Indonesia sebagai anggotanya. Dengan pangkat Wing Commander, pemuda tersebut telah melakukan tugas-tugas navigasi dan tempur selama Perang Dunia II di Eropa dan Asia. Tidak kurang dari 44 kali ia melakukan tugas penerbangan (flight mission)  dengan menggunakan pesawat Lancaster atau Liberator.

Di Eropa sasarannya adalah daerah Prancis dan Jerman, sedangkan pangkalan operasinya terletak di Inggris. Di Asia, sasarannya adalah daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia, sedangkan pangkalan operasinya terletak di Colombo (Sril Lanka). Pemuda itu bernama Halim Perdanakusuma.

Ia dilahirkan pada 18 November 1922 di Sampang, Madura. Ayahnya, Haji Abdul Gani Wongsotaruno adalah Patih Sumenep. Ketika revolusi kemerdekaan, Halim ikut membangun Angkatan Udara Republik Indonesia. Dalam usaha mencari bantuan ke luar negeri, Halim bersama Opsir Udara I Iswahjudi pergi ke Bangkok pada bulan Desember 1947.

Ia bertolak ke Bangkok dengan menggunakan pesawat Avro Anson VH-BBY (RI-003) dengan penerbang Iswahjudi dan seorang penumpang bernama Keegan berkebangsaan Australia yang telah menjual pesawat tersebut.
Selain mengantarkan Keegan pulang, misinya adalah untuk melakukan penjajakan lebih jauh tentang kemungkinan pembelian senjata dan pesawat dan kemudian memasukan barang Singapura ke daerah RI menembus blokade Belanda.

Sesudah menyelesaikan tugas di Bangkok, RI-003 kembali berangkat menuju Singapura. Dalam perjalanan kembali inilah, tiba-tiba di daerah Perak-Malaysia, pesawat tersebut terjebak dalam cuaca buruk. Pesawat jatuh di Pantai Tanjung Hantu Perak-Malaysia.

Laporan pertama tentang kecelakaan diterima oleh polisi Lumut dari dua orang warga China penebang kayu bernama Wong Fatt dan Wong Kwang pada sekitar pukul 16.30 tanggal 14 Desember 1947.

Seorang petugas kepolisian berbangsa Inggris bernama Burras segera pergi ke tempat musibah. Baru pada pukul 18.00 ia tiba di lokasi kejadian. Ia tidak menemukan sesuatu, air sedang pasang naik.
Baru pada keesokan harinya Kepala Polisi Lumut bernama Che Wan dan seorang anggota polisi Inggris bernama Samson berangkat ke tempat kecelakaan dan tiba di tempat pukul 09.00.

Kepadanya kemudian dilaporkan tentang ditemukan sesosok jenazah yang mengapung beberapa ratus yards dari lokasi reruntuhan pesawat, yang oleh para nelayan setempat dibawa ke darat.

Jenazah kemudian dibawa kerumah sakit Lumut untuk dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan bukti yang ada dapat dipastikan bahwa jenazah ini adalah jenazah Halim Perdanakusuma. Sedangkan nasib Iswahjudi hingga sekarang tidak ditemukan jenazahnya.
Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

Berita tentang kecelakaan pesawat RI-003 ini segera tersiar luas, di antaranya dimuat dalam surat-surat kabar berbahasa Inggris seperti The Times dan Malay Tribune terbitan 16 Desember 1947.

Versi lain muncul di situs web TNI AU. Pada 26 Agustus 2003, seorang pencari kayu menemukan sebuah bangkai pesawat di belantara Sumatera di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Setelah mendapat laporan Polsek Kuala Kampar, tim Pangkalan TNI AU Pekanbaru yang dipimpin Letkol Pnb Gandhara Olivenca melakukan pelacakan ke lokasi.

Posisi pesawat tertancap di rawa-rawa sedalam satu meter. TNI AU menduga pesawat yang ditemukan berjenis Avro Anson dipersenjatai SMR kaliber 7,62 mm. Di sayap belakang masih terlihat bendera Merah Putih. Diduga bahwa kerangka pesawat yang ditemukan di hutan Kerumutan itu merupakan pesawat Avro Anson yang dipiloti Halim Perdanakusuma.
Sumber: viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar