Nelson Mandela
lahir di Mvezo, Afrika Selatan pada 18 Juli 1981. Ayahnya bernama Gadla
Henry Mphakanyiswa, merupakan kepala suku setempat dan anggota dewan
kerajaan dan ibunya Nosekeni Fanny.
Nelson Mandela
adalah anak terakhir dari tiga belas bersaudara, dari empat istri
ayahnya. Terlahir dari keluarga kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, salah
satu kelompok penduduk yang berbicara menggunakan bahasa Xhosa di
Afrika Selatan. Pada abad ke-19, suku tersebut dikenal sebagai suku
Tambookie.
Nelson Mandela menghabiskan masa kecilnya bersama dua saudarinya di kraa
ibunya di desa Qunu, Afrika Selatan sebagai penggembala sapi bersama
teman-temannya. Ia adalah anak pertama yang merasakan bangku sekolah
diantara keluarganya. Semua saudara-saudaranya kebanyakan buta huruf.
Nelson Mandela
merupakan anak satu-satunya dari saudaranya yang mendapatkan pendidikan
yang baik dari keluarganya. Saat berusia 7 tahun, ia dimasukkan ke
sekolah methodis. Ia dibaptis sebagai methodis dan diberi nama Nelson
oleh gurunya. Namun ia sendiri lebih populer dipanggil Madiba, jika
sedang diantara kelompok se-sukunya. Nama klan raja-raja Thembu adalah
Madiba.
Saat
berusia 9 tahun, ayahnya meninggal dunia karena penyakit yang tidak
diketahui, namun Nelson Mandela meyakini bahwa ayahnya mengalami
gangguan paru-paru. Setelah kepergian ayahnya, Nelson Mandela merasa
terabaikan. Akhirnya, ibunya mengirimnya ke Istana "Great Place" di
Mqhekezweni, kemudian diasuh oleh bupati Thembu, Kepala Suku Jongintaba
Dalindyebo.
Nelson Mandela
merasa bahwa Jongintaba dan istrinya Noengland memperlakukan dirinya
seperti anak sendiri, membesarkannya dengan penuh kasih sayang bersama
putra-putri mereka, Justice dan Nomafu. Ia sering menghadiri misa setiap
Minggu bersama orang tua asuhnya, Kristen menjadi bagian utama
hidupnya.
Di Mqhekezweni,
Nelson Mandela belajar bahasa Inggris, Xhosa, sejarah, dan geografi. Ia
mulai tertarik dengan sejarah Afrika, mendengarkan cerita-cerita yang
diujarkan para pengunjung istana yang tua, dan terpengaruh retorika
anti-imperialis Kepala Suku Joyi. Pada waktu itu, ia tetap saja
menganggap kolonialis Eropa sebagai penolong, bukan penindas.
Pada usia 16
tahun, ia, Justice, dan teman-temannya berangkat ke Tyhalarha untuk
menjalani ritual sunat yang secara simbolis menandakan mereka sudah
dewasa. Seusai ritual, Mandela diberi nama "Dalibunga".
Pendidkan Nelson Mandela
Pada usia 16
tahun, Nelson Mandela bersekolah di Clarkebury Boarding Institute untuk
mempelajari kebudayaan barat, sebuah institusi pendidikan menengah
bergaya Barat. Institusi pendidikan ini menjadi sekolah Afrika berkulit
hitam terbesar di Tembuland. Di sana, ia belajar untuk saling
bersosialisasi setiap hari.
Setelah
menyelesaikan sekolah menengahnya selama dua tahun, pada tahun 1937 ia
pindah ke Healdtown, perguruan Methodis di Fort Beaufort yang juga
dihadiri sebagian besar anggota keluarga dari raja Thembu, termasuk
Justice. Pendidikan di Healdtown ini lebih banyak mengajarkan tentang
superioritas budaya dan pemerintahan Inggris. Namun Nelson Mandela
justru semakin tertarik dengan budaya Afrika pribumi.
Kemudian Nelson Mandela mengambil program BA (Bachelor of Arts)
di Universitas Fort Hare, sebuah institusi kulit hitam elit di Alice,
Eastern Cape. Di sana ia belajar bahasa Inggris, antropologi, politik,
pemerintahan pribumi, dan hukum Belanda Romawi pada tahun pertamanya,
dan ingin menjadi penerjemah atau juru tulis di Departemen Urusan
Pribumi.
Image courtesy of semadapinx.blogspot.com
Nelson Mandela
tinggal di asrama Wesley House, berteman dengan Oliver Tambo dan sesama
anggota sukunya, K.D. Matanzima. Ia mengambil kelas tari ballroom, dan terlibat dalam pementasan drama tentang Abraham Lincoln.
Sebagai anggota Students Christian Association, ia memimpin kelas Injil
untuk masyarakat setempat dan menjadi pendukung Britania Raya ketika
Perang Dunia Kedua pecah.
Namun di akhir tahun pertamanya ia terlibat aksi boikot SRC (Students' Representative Council)
terhadap kualitas makanan, sehingga ia dihukum sementara dari
universitas, ia meninggalkan kuliahnya tanpa gelar. Nelson Mandela
kemudian pindah ke Johannesburg dan melanjutkan studinya di University
of the Witswatersrand untuk mengambil hukum. Beliau kemudian melanjutkan
lagi studynya di University of South Africa.
Kegiatan Politik
Sebelumnya
Nelson Mandela tidak menganggap Britania yang waktu itu menduduki Afrika
Selatan sebagai Kolonialis, namun setelah ia melihat sendiri bagaimana
perlakuan kulit putih terhadap kulit hitam yang terkenal dengan gerakan
apartheid, ia akhirnya tersadar dan menggabungkan diri dengan ANC (African National Congress) yaitu suatu organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Afrika Selatan.
Setelah
bergabung dengan ANC (African National Congress), Nelson Mandela semakin
dipengaruhi Sisulu dan menghabiskan waktunya bersama aktivis lain di
rumah Sisulu di Orlando, termasuk teman lamanya Oliver Tambo. Pada tahun
1943, ia bertemu dengan Anton Lembede, seorang nasionalis Afrika yang
sangat menentang front ras bersatu terhadap kolonialisme dan imperialisme atau aliansi dengan kaum komunis.
Meski berteman
dengan orang non-kulit hitam dan komunis, Nelson Mandela mendukung
pandangan Lembede, percaya bahwa orang Afrika kulit hitam harus terbebas
sepenuhnya dalam perjuangan mendapatkan penentuan nasib sendiri secara
politik.
Di rumah
Sisulu, Mandela bertemu dengan Evelyn Mase, seorang aktivis ANC dan
perawat dari Engcobo, Transkei. Mereka berdua menikah pada tanggal 5
Oktober 1944. Anak pertama mereka, Madiba "Thembi" Thembekile, lahir
bulan Februari 1946, sementara seorang putri bernama Makaziwe lahir
tahun 1947 namun meninggal 9 bulan kemudian akibat penyakit meningitis.
ANC. Image courtesy of https://en.wikipedia.org/wiki/African_National_Congress
Pada rapat umum
Durban, Nelson Mandela menyampaikan pidato di hadapan 10.000 orang,
memulai protes kampanye, karena itu ia ditangkap dan ditahan sementara
di penjara Marshall Square. Seiring berlanjutnya protes, anggota ANC
menaik dari 20.000 menjadi 100.000, pemerintah menanggapi dengan
penangkapan massal dan memperkenalkan Undang-Undang Keselamatan Umum
1953 supaya bisa menerapkan darurat militer.
Pada bulan Mei,
pihak berwenang melarang Presiden ANU Transvaal J. B. Marks tampil di
hadapan publik, karena gagal mempertahankan posisinya, ia menyarankan
agar Nelson Mandela menggantikan posisinya. Meski kelompok
ultra-Afrikanis Bafabegiya menentang pencalonannya, Mandela tetap
terpilih sebagai presiden regional pada bulan Oktober.
Nelson Mandela
berulang kali ditahan karena melakukan aktivitas menghasut dan diadili
di Pengadilan Pengkhianatan pada tahun 1956 sampai 1961, namun akhirnya
divonis tidak bersalah. Meski awalnya berunjuk rasa tanpa kekerasan.
Pada tahun 1961, ia dan Partai Komunis Afrikas Selatan mendirikan
militan Umkhonto we Sizwe.
Pada tahun
1962, Nelson Mandela ditahan dan dipenjara Marshall Square Johannesburg
Fort, karena dituduh menghasut mogok buruh dan ke luar tanegeri tanpa
izin. Dua
bulan kemudian ia divonis 5 tahun penjara. Mandela berserta kelompok
aktivisnya dijatuhi hukuman seumur hidup pada 12 Juni 1964.
Nelson Mandela
menjalani masa kurungan pertama di Pulau Robben, kemudian di Penjara
Pollsmoor dan Penjara Victor Verster. Kampanye internasional yang
menuntut pembebasannya membuat Mandela dibebaskan tahun 1990. Setelah
menjadi Presiden ANC, Mandela menerbitkan otobiografi dan bernegosiasi
dengan Presiden F.W. de Klerk untuk menghapuskan apartheid dan
melaksanakan pemilu multiras tahun 1994.
Akhir Apartheid
Nelson Mandela
bertemu banyak pendukung dan politikus di Zambia, Zimbabwe, Namibia,
Libya, dan Aljazair, kemudian ke Swedia untuk reuni dengan Tambo, lalu
London, tempat ia tampil di konser Nelson Mandela: An International Tribute for a Free South Africa di Wembley Stadium.
Ketika
mendorong negara-negara asing untuk mendukung sanksi terhadap pemerintah
apartheid, di Perancis ia disambut Presiden François Mitterrand, di
Kota Vatikan ia disambut Paus Yohanes Paulus II, dan di Inggris ia
bertemu Margaret Thatcher. Di Amerika Serikat, ia bertemu Presiden
George H.W. Bush, berpidato di Kongres, dan berkunjung ke delapan kota;
ia populer di kalangan masyarakat Afrika-Amerika. Di Kuba, ia bertemu
Presiden Fidel Castro yang sudah lama digemarinya, keduanya bersahabat.
Di Asia ia bertemu Presiden R. Venkataraman di India, Presiden Suharto
di Indonesia dan Perdana Menteri Mahathir Mohamad di Malaysia, sebelum
mengunjungi Australia dan Jepang.
Pada Mei 1990, Nelson Mandela memimpin delegasi multirasial ANC dalam
negosiasi pendahuluan dengan delegasi 11 pria Afrikaner pemerintah.
Mandela membuat mereka terkesan dengan diskusinya seputar sejarah
Afrikaner, dan negosiasi ini berujung pada Groot Schuur Minute, yaitu
pemeirntah mencabut keadaan darurat.
Pada konferensi nasional ANC Juli 1991 di Durban, Nelson Mandela
mengakui kekurangan yang dimiliki oleh partai ini mengumumkan rencananya
untuk membangun "satuan tugas yang kuat dan kokoh" agar memperoleh
kekuasaan mayoritas. Di konferensi tersebut, ia diangkat sebagai
Presiden ANC, menggantikan Tambo yang sakit, dan eksekutif nasional
multigender dan multiras dipilih bersama-sama. Ia diberikan kantor di
markas ANC yang baru dibeli di Shell House, Johannesburg pusat.
Markas ANC di Shell House, Johannesburg pusat. Image courtesy of https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Luthuli_House.jpg
CODESA (Convention for a Democratic South Africa)
diselenggarakan bulan Desember 1991 di Johannesburg World Trade Center,
dihadiri oleh 228 delegasi dari 19 partai politik. Delegasi ANC
dipimpin oleh Cyril Ramaphosa. De Klerk menggunakan pidato penutupnya
untuk mengutuk kekerasan ANC.
CODESA 2
diadakan bulan Mei 1992. De Klerk memaksa Afrika Selatan pasca-apartheid
harus memakai sistem federal dengan rotasi presiden untuk menjamin
keselamatan etnis minoritas, Nelson Mandela menolaknya dan menuntut
sistem kesatuan yang dikuasai kaum mayoritas. Setelah pembantaian
Boipatong oleh militan Inkatha yang dibantu pemerintah terhadap
aktivis-aktivis ANC, Nelson Mandela membatalkan negosiasi tersebut
sebelum menghadiri pertemuan Organisation of African Unity di Senegal.
Bulan Juli
1993, Mandela dan de Klerk sama-sama berkunjung ke Amerika Serikat,
bertemu Presiden Bill Clinton secara terpisah dan masing-masing
mendapatkan Liberty Medal. Tidak lama kemudian, mereka sama-sama
mendapatkan Hadiah Perdamaian Nobel di Norwegia.
Menjadi Presiden Afrika Selatan
Afrika Selatan
menggelar pemilihan umum langsung yang diikuti oleh warga multi ras guna
memilih Presiden Afrika Selatan. Dlam pemilu ini Nelson Mandela keluar
sebagai pemenangnya dan dinobatkan sebagai Presiden Afrika Selatan
pertama yang berkulit hitam dan dipilih secara langsung oleh warga multi
ras. Ia menjabat sebagai Presiden selama lima tahun yaitu Mei 1994
hingga Juni 1999.
Pelantikan
Nelson Mandela berlangsung di Pretoria pada tanggal 10 Mei 1994. Selain
Presiden Afrika Selatan berkulit hitam pertama, ia juga menjadi kepala
Pemerintah Persatuan Nasional yang didominasi ANC, yang justru tidak
punya pengalaman di pemerintahan. Sesuai perjanjian sebelumnya, de Klerk
menjadi Wakil Presiden pertama, sedangkan Thabo Mbeki sebagai wakil
pada masa jabatan kedua.
Pensiun pada
bulan Juni 1999, Nelson Mandela memilih kehidupan keluarga yang sunyi,
terbagi antara Johannesburg dan Qunu. Ia hendak menulis otobiografinya
yang berjudul The Presidential Years, tetapi ditinggalkan begitu saja sebelum diterbitkan.
Nelson Mandela
menganggap hidup sendiri sulit, ia beralih ke kehidupan publik yang
sibuk dengan program harian penuh tugas, bertemu pemimpin dunia dan
selebriti, dan di Johannesburg bekerja dengan Nelson Mandela Foundation
yang didirikan tahun 1999 untuk berfokus pada pemberantasan HIV/AIDS,
pembangunan desa, dan pembangunan sekolah.
Pada tahun
2002, Nelson Mandela meresmikan Nelson Mandela Annual Lecture, dan
Mandela Rhodes Foundation dibentuk tahun 2003 di Rhodes House,
University of Oxford, untuk menyediakan beasiswa pascasarjana kepada
mahasiswa-mahasiswa Afrika. Proyek-proyek ini diikuti oleh Nelson
Mandela Centre of Memory dan kampanye 46664 melawan HIV/AIDS. Ia
menyampaikan pidato penutup di XIII International AIDS Conference di
Durban tahun 2000, dan pada 2004, ia berbicara di XV International AIDS
Conference di Bangkok, Thailand.
Kehidupan Keluarga
Nelson Mandela menikah hingga tiga kali.
Pertama, Nelson
Mandela menikah dengan Evelyn Ntoko Mase. Mereka memiliki empat orang
anak. Kematian anak kedua saat berusia sembilan bulan mempengaruhi
Evelyn, yang menjadi semakin menekuni agama sementara Mandela semakin
politis. Mereka bercerai pada tahun 1957.
Kedua, Nelson
Mandela menikah dengan Winnie Madikizela, yang pada saat itu umur
istrinya lebih muda darinya, yaitu berbeda 16 tahun. Mereka memiliki 2
orang anak. Mereka bercerai pada tahun 1996.
Informasi Biografi di atas ini kami sadur dari berbagai sumber, jika ada
kesalahan atau kekurangan atas informasi yang kami sampaikan di atas,
kami mohon maaf, dan berharap agar Anda bisa membetulkannya melalui
kotak komentar atau bisa menghubungi kami melalui email kami. Terima
kasih.
Ketiga, Nelson Mandela menikah dengan Graca Machel, seorang janda dari
mantan Presiden Mozambil Samora Machel meninggal dalam kecelakaan
pesawat tahun 1986.
Meninggal Dunia
Pada bulan Juni 2004, Nelson Mandela akhirnya memutuskan untuk pensiun,
karena kesehatan yang memburuk membuatnya harus menarik diri dari
kehidupan publik. Pada tanggal 5 Desember 2013 telah diumumkan bahwa
Nelson Mandela sang pejuang anti apartheid tersebut meninggal dunia saat
berusia 85 tahun. Jacob Zuma, selaku Presiden Afrika Selatan pada saat
itu mengumumkan secara resmi akan wafatnya sang mantan presiden
tersebut.
Kesimpulan
Nelson Mandela menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan pada tahun
1994-1999, ia merupakan Presiden pertama Afrika Selatan yang berkulit
hitam. Beliau merupakan tokoh Revolusioner merupakan pejuang anti
apartheid, yang menjadi tokoh anti deskriminasi orang berkulit hitam.
Selama masa hidupnya beliau menikah sebanyak tiga kali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar